Search This Blog

Thursday, July 31, 2008

Delapan Surat Kabar di Manado

Memahami Manado

* Ada delapan koran di Manado, kota yang berpenduduk 500 ribu jiwa:
- Tiga dari Manado Post Group: Post, Posko, dan Tribun Sulut
- Tiga surat kabar milik Komentar Group
- Dua koran non-kelompok
- Sebuah harian baru, Media Sulut, rencananya terbit 14/7/08

* Total oplag seluruh koran sekitar 25 ribu eksemplar
(Angka itu sejatinya sudah di atas rata-rata perbandingan angka nasional, yang masih berkisar 1 koran dibaca oleh 38 penduduk. Di Manado, satu eksemplar koran dibaca oleh 20 penduduk)

- Harga koran sangat mahal: Rp 4.000 per eksemplar
- Harga iklan surat kabar sangat murah: Harga sebuah iklan kolom display (B/W) ukuran 2 x 100 mmk, bisa hanya Rp 250.000. “Itupun kadang dipasang selama sebulan penuh,” ujar Machmud, CEO Komentar Grup.



Sumber: http://www.spsindonesia.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=56&Itemid=11
Minat Baca Warga Manado Cukup Tinggi
Rabu, 16 Juli 2008
MANADO -- Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) Pusat bekerjasama dengan Dewan Pers kembali menggelar lokakarya Manajemen Pers bagi penerbit lokal. Kali ini, diperuntukkan bagi para penerbit di wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo (Sulutenggo), dan digelar di Hotel Quality, Manado, dihadiri oleh 30 orang peserta, berlangsung pada tanggal 9 – 11 Juli 2008 lalu.
Sejumlah persoalan manajerial diangkat dalam program yang telah berlangsung sejak akhir 2005 dan mendapat dukungan penuh dari Dewan Pers ini. Mulai dari persoalan manajemen redaksi, sirkulasi, iklan, keuangan, dan SDM. Abdullah Alamudi, anggota Dewan Pers, membuka secara resmi acara ini yang baru pertama kalinya diadakan untuk para penerbit di wilayah itu.

Sejumlah pembicara yang hadir dalam program kali ini adalah Asmono Wikan (Direktur Eksekutif SPS Pusat), Ahmad Djauhar (Pemimpin Redaksi Harian Bisnis Indonesia), Januar P Ruswita (Direktur Pemasaran Harian Pikiran Rakyat), M Ridlo ‘Eisy (Direktur Harian Galamedia), Bambang Halintar (Pemimpin Perusahaan Majalah SWA), dan Diah Purnomowati (Manager SDM Majalah TEMPO).

Asmono Wikan menyampaikan pandangannya mengenai tinjauan industri media cetak 2008, dan kemudian pada sesi malam membicarakan program “membangun pembaca muda” yang telah dikampanyekan SPS Pusat sejak 2003. Melalui program Koran Masuk Sekolah (KMS), SPS Pusat hendak mendorong para penerbit media cetak di seluruh Indonesia agar memberikan ruang dan perhatian bagi para pembaca muda (young readers). “Karena merekalah calon-calon pembaca masa depan media cetak,” ujar Asmono.

Saat ini, masih Asmono, adalah saat yang tepat bagi seluruh penerbit untuk mengkampanyekan minat baca kepada para pelajar. “Berilah mereka ruang berekspresi di media cetak, dengan membuka rubrik khusus tentang KMS,” lanjutnya seraya memaparkan sejumlah penerbit harian yang telah bergabung dengan program ini. Antara lain Riau Pos, Waspada, Pikiran Rakyat, Jambi Express, Jambi Independen, Sumatera Express, Radar Cirebon, Bernas Jogja, Majalah Aku Anak Saleh, Lombok Post, dll.

Tak cukup hanya membuka rubrik khusus bagi para pelajar dan sekolah. “Murid-murid itu pun juga harus diberi kesempatan untuk belajar menulis, memotret, mendesain, dan memasarkan koran bersangkutan. Selanjutnya kolaborasikan pencapaian itu dengan aneka aktivitas off print yang juga melibatkan pelajar, guru, dan sekolah,” imbuh mantan wartawan Majalah CAKRAM ini.

“Silakan dihitung potensi pasar anak-anak sekolah yang ada di hadapan Anda. Ada berapa ribu sekolah di Sulut, Sulteng, dan Gorontalo. Itu tidak akan habis dimakan 2 - 4 koran harian saja. Sebuah pasar yang menjanjikan,” masih Asmono ketika menyambung diskusi tersebut dengan sejulah peserta dari kelompok Manado Post –harian Manado Post, Posko, dan Tribun Sulut.

Manado, dengan jumlah penduduk sekitar 500 ribu jiwa, memiliki delapan koran harian lokal. Tiga diantaranya merupakan milik Manado Post grup dan tiga berikutnya milik Komentar grup, serta dua harian non-kelompok. Sebuah harian baru, Media Sulut, rencananya hendak terbit Senin lalu (14/7). Dari berbagai diskusi yang berkembang selama lokakarya itu, diperkirakan oplah semua penerbit harian di Manado tak lebih dari 25 ribu eksemplar. Angka itu sejatinya sudah di atas rata-rata perbandingan angka nasional, yang masih berkisar 1 koran dibaca oleh 38 penduduk. Di Manado, satu eksemplar koran dibaca oleh 20 penduduk.

Koran-koran di Sulut dan Gorontalo, tampaknya merupakan koran termahal di Indonesia. Manado Post dan Komentar, dua koran terbesar di Sulawesi Utara, misalnya, dibandrol eceran Rp 4.000. Pun dengan Gorontalo Post.

Fakta itu mencermikan sengitnya persaingan koran-koran di Sulawesi Utara. Bahkan, konon, menurut salah seorang peserta lokakarya, harga sebuah iklan kolom display (B/W) ukuran 2 x 100 mmk, bisa hanya Rp 250.000. “Itupun kadang dipasang selama sebulan penuh,” ujar Machmud, CEO Komentar Grup.

Adu siasat dan strategi untuk mengatasi persaingan di pasar pun lantas dilakukan. Harian Komentar, misalnya, hingga kini mencari terobosan dengan membuat format korannya yang berukuran tabloid enam kolom. Sementara harian Manado Post, merilis edisi khusus weekend, tiap Sabtu, dengan memberikan added service kepada para pemasang iklan mereka. (eta/asw)

Tribun Timur, Makassar

0 comments: